VISI KUALITAS JASA
“MEMBAHAGIAKAN PELANGGAN”:
KUNCI SUKSES BISNIS JASA
Kualitas jasa sangat ditentukan oleh pelanggan. Oleh
karena itu, berbagai tanggapan dari pelanggan perlu diterima sebagai masukan
yang berharga bagi pengembangan/penyusunan strategi perusahaan. Visi dan
program pelayanan diharapkan mengkristal dalam kehidupan organisasi.
Laju perubahan atmosfir dunia usaha yang mengarah
kepada ekonomi jasa membawa kunci ‘kualitas pelayanan’ menjadi fenomena
kompleks dan enigmatik. Konsep kualitas pelayanan bergeser mengikuti perubahan
yang terjadi, pada bisnis tertentu, perubahan terjadi dengan turbulensi “kejut”
di mana pelanggan harus dilayani secara individu. Variasi kualitas pelayanan
menjadi sangat besar, sehingga sulit (bahkan tidak mungkin) membuat rencana dan
pelaksanaan dengan idealisasi umum. Hal ini semakin menambah kerumitan
pelayanan yang pada hakekatnya telah mempunyai karakteristik 4 I yaitu :
1. Intangibility
2. Inventory
3. Inseparability
4. Inconsistensy
Suatu hal yang pasti, perubahan yang
terjadi dewasa ini mendorong sektor jasa semakin bertumbuh dengan pesat. Total
pendapatan dari sektor jasa melebihi sektor lain. Di Amerika, dua pertiga GNP
berasal dari sektor jasa. Perusahaan jasa meningkat tajam dari tahun ke tahun.
Sekarang, di Amerika hanya satu dari tujuh orang yang bekerja di industri
manufaktur, selebihnya pada sektor lain yang mayoritas sektor jasa.
Di tengah gejolak dunia usaha, Singapore
Airline, Swiss Air dan Qantas sebagai perusahaan jasa penerbangan, (pada tahun
1995) masih dapat bertengger sebagai perusahaan penerbangan tiga besar dunia
dalam jadwal, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan kabin, makanan serta pelayanan
bagasi (versi majalah Conde’ Nast Traveller, Oct 1995). Kualitas pelayanan
perlu dibangun dalam segala iklim.
Kondisi lingkungan usaha membawa
perusahaan kepada suatu keyakinan bahwa kualitas pelayanan menjadi suatu
keharusan agar perusahaan tetap sukses, baik di tingkat operasional, manajerial
maupun strategik. Perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan atau pelayanan
prima yang berkualitas. Barometer kualitas pelayanan perlu ditetapkan agar
pelayanan yang diberikan dapat mencapai tujuan.
Di sisi lain, di samping perubahan
ekonomi dunia, pelanggan juga berubah baik dalam hal perilaku, demografi maupun
gaya hidup. Perusahaan dituntut untuk membahagiakan (tidak hanya memuaskan)
pelanggan dengan memberikan pelayanan yang sesuai serta bernilai tambah bagi
pelanggan. Komitmen akan kualitas pelayanan yang berorientasi pada pelanggan
merupakan prasyarat utama dalam menunjang keberhasilan bisnis. Di Jepang
misalnya, mayoritas perusahaan menjalankan usaha dengan titik berat pada
kebahagiaan pelanggan, “Our aim goes beyond statisfying the costumer. Our aim
is to delight the costumer”.
Kualitas pelayanan adalah senjata ampuh
dalam keunggulan perusahaan, terutama perusahaan jasa. Penelitian PIMS (Profit
Impact at Market Strategy) menunjukkan adanya kolerasi kuat antara kualitas
(yang diterima pelanggan) dengan pangsa pasar. Dengan kata lain, salah satu
faktor yang mendongkrak pangsa pasar adalah peningkatan kualitas. Kualitas
menjadi pemicu keberhasilan perusahaan dalam segala lini. Kualitas pelayanan
merupakan kewajiban bagi perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa. Pakar pemasaran Heskett menyatakan , “Whatever your business,
services have something to teach”. Pelayanan merupakan kunci sukses, oleh
karena itu kualitas pelayanan harus menjadi fokus perhatian manajemen
perusahaan dalam menjalankan usaha.
Kualitas
Pelayanan Sebagai Issu Strategik
Dualisme pelayanan
sebagai proses jasa dan produk sudah semakin menyatu, bahkan dapat dikatakan
bahwa dalam setiap produk melekat unsur pelayanan. Sejalan dengan itu maka,
hampir tidak ada perusahaan yang benar-benar manufaktur murni, karena dalam
perusahaan tersebut unsur jasa tetap ada, bahkan cenderung dominan. Lebih jauh
lagi, bahwa setiap perusahaan akan dikelola seperti perusahaan jasa, tanpa
memandang apapun bisnisnya.
Layanan menjadi hal utama yang harus
mendapatkan hal serius, tidak hanya pada lini paling depan tetapi juga pada
tingkat puncak manajemen perusahaan. Layanan mesti terdefenisi dengan jelas.
Manajemen puncak bertanggung jawab terhadap kualitas melalui pendefenisian
“visi kualitas” yang merupakan pandangan jelas tentang masa depan dan
didasarkan pada prinsip kualitas yang dimengerti serta melibatkan seluruh
karyawan. Perwujudan dari terjemahan visi kualitas akan menjadi strategi usaha
yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki melalui aplikasi konsep
tertentu seperti Total Quality Management (TQM), Total Quality Service (TQS)
maupun bentuk lainnya.
Visi strategik tentang kualitas
pelayanan yang ditelorkan pimpinan perusahaan akan menjadi acuan bagi segenap
lapisan manajemen dalam menterjemahkan ke dalam rencana kegiatan tahunan maupun
sehari-hari. Perusahaan bersaing dalam kualitas pelayanan, karenanya koherensi
pada seluruh lapisan sangat mutlak diperlukan agar deviasi pelaksanaan dapat
diminimasi.
Bagaimana perusahaan mewujudkan visi
kualitas sangat tergantung pada pengertian dan pendefenisian kualitas itu
sendiri. Cakupan kualitas perlu terdefinisi dengan jelas agar proses penyediaan
jasa berada pada jalur yang tepat. Kualitas pelayanan adalah kunci program
usaha.
Kualitas merupakan strategi bisnis dasar
yang menyediakan barang dan jasa untuk memaskan secara nyata pelanggan internal
dan eksternal dengan memenuhi harapan mereka secara eksplisit dan implisit.
Visi kualitas sangat menentukan pengertian kualitas itu sendiri.
Perusahaan jasa menterjemahkan visi
kualitas ke dalam fokus operasi yang menjadi program kerja. Dalam industri
penerbangan, fokus operasi dari suatu perusahaan berbeda satu sama lain,
tergantung pada strategi usaha. American Airlines dengan Speed dan Variety
sementara Singapore Airline melalui Treatment. Southwest Airlines dengan Price.
Pada akhirnya kualitas pelayanan
bermuara pada suatu kenyataan ditentukan pelanggan. Pelanggan menjadi mitra usaha
dalam pendefenisian dan perwujudan visi kualitas. Strategi usaha dibangun
dengan melibatkan pelanggan. Penelitian dari Ernst & Young dan American
Foundation yang meneliti lebih dari 500 perusahaan di Jerman, Kanada, Jepang
dan Amerika Serikat mendapatkan bahwa, kurang lebih 50% perusahaan membuat
masukan sebagai bagian yang integral dari proses perencanaan strategik.
Strategi usaha menjadi efektif karena mewakili harapan pelanggan. Perusahaan
3M, lebih dari dua per tiga ide-ide inovasinya berasal dari mendengarkan
keluhan pelanggan.
Realisasi pelaksanaan pelayanan yang
berkualitas perlu dibarengi dengan usaha untuk mempertahankan pertambahannya
(Quality Again) dengan melibatkan seluruh organisasi. Beberapa metode yang
dapat digunakan adalah Bench marking, Gain sharing dan Quality function
deployment. Bench marking (patok-duga) merupakan proses yang sistematis dan
berkesinambungan untuk memperbandingkan serta mengukur proses-proses bisnis
suatu perusahaan terhadap lembaga bisnis terkemuka di seluruh dunia, sehingga
diperoleh informasi yang akan membantu perusahaan tersebut dalam mengambil
langkah perbaikan/peningkatan unjuk kerjanya.
Pelaksanaan patok-duga direalisasikan
dalam berbagai tahapan yang sangat tergantung pada kemajuan dan posisi
perusahaan. Pada tahap awal patok-duga dilaksanakaan terhadap pesaing.
Berikutnya setelah performansi perusahaan telah meningkat, patok-duga
ditingkatkan terhadap pemimpin pasar (market leader) dan perusahaan kelas dunia
secara selektif. Pada akhirnya setelah posisi perusahaan telah bagus, maka
patok-duga dilaksanakan terhadap perusahaan terbaik dunia.
Dalam Gain sharing (bagi hasil),
perusahaan melaksanakan pembagian keuntungan (dan penghematan) dengan jumlah
yang sama besar pada setiap anggota, sedangkan pada Quality function deployment
(sebar fungsi kualitas), perusahaan melaksanakan perbandingan antara suara
pelanggan dengan kapabilitas sistem untuk menyediakan keperluan spesifik dari
pelanggan yang dituju.
Pada akhirnya performansi yang dijadikan
tolak ukur dalam menilai keberhasilan pelaksanaan strategi tersebut adalah
peningkatan profitabilitas dan produktifitas usaha.
Manifestasi kualitas pelayanan sangat
tergantung kepada visi strategik perusahaan. Kejelasan, komitmen, keterlibatan
dan kontrol (4K) dari manajemen puncak sangat diperlukan dalam menunjang
pelaksanaan pelayanan. Dalam perusahaan Singapore Airline, keterlibatan
pimpinan perusahaan/manajemen puncak dalam penanganan pelayanan sangat besar.
Bila ada keterlambatan jadwal penerbangan atau keterlambatan teknis, pimpinan
puncak perusahaan ikut berpartisipasi dan mengontrol sampai tingkat
operasional. Rasa peduli yang ditunjang oleh semangat kerjasama dari manajemen
puncak sampai tingkat operasional merupakan kunci utama perusahaan jasa dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Pada hakekatnya “everybody is a service
provider” pada deskripsi tugas yang berbeda.
Sejalan dengan itu maka pimpinan
pelayanan harus mempunyai visi pelayanan serta gaya kepemimpinan
praktis/lapangan. Juga harus ditunjang oleh integritas dan kepemimpinan yang
berorientasi pada standar kualitas yang tinggi, dengan demikian maka proses
penyediaan jasa dapat berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan pelanggan.
Scandinavian Airlines,di bawah kepemimpinan John Carlzon pada tahun 1980-an di
tengah resesi dunia masih dapat meraih keuntungan, dengan visi dan perwujudan
layanan yang berkualitas. Konsep dan aplikasi yang jelas, “succesful service
management is to improve one hundred things by one percent, not one thing by
one hundred percent”.
Fokus
Pada Pelanggan
Keberhasilan suatu perusahan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut membahagiakan pelanggan
(internal maupun eksternal) yang dituju. Perusahaan sebagai individu dalam
suatu sistem memfokuskan kegiatan pada pelanggan, agar dapat lebih efektif dan
efisien dalam menjalankan kegiatan dalam memberikan jasa maupun produk yang
berkualitas sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. Di lain pihak perusahaan
sebagai suatu sistem juga harus membahagiakan pelanggan internal (karyawan)
agar dapat menghasilkan layanan yang berkualitas. Karyawan adalah produsen
jasa.
Pelayanan pelanggan hendaknya diarahkan
kepada pelayanan yang berkesinambungan, bahkan sampai seumur hidup, dalam
mencapai kebahagiaan pelanggan. Seperti sistem jasa pada spesialis kesehatan
yang menerapkan pelayanan “from womb to tomb”. Perusahaan harus memikirkan
kebahagiaan pelanggan dari waktu ke waktu.
Perusahaan sebaiknya memfokuskan
aktifitas pada rantai nilai yang dapat menghasilkan pelayanan yang berkualitas.
Perusahaan bersaing dalam kualitas berorientasi pelanggan, seperti yang
diucapkan oleh Harry G Honh, CEO New York Life Insurance, “In the nineties, the
key differentiator between succesful companies and their competitors will be
quality-not price. And the key to quality is strong customer focus”. Dengan
fokus pada pelanggan, perusahaan lebih efektif dan kebahagiaan pelanggan dapat
dicapai secara optimal.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
penyediaan jasa adalah mendengar suara pelanggan, dalam arti bahwa perusahaan
melakukan interaksi dengan pelanggan yang disertai umpan balik sebagai kontrol
dan ukuran keberhasilan. Suara pelanggan diterjemahkan menjadi program
perusahaan. Layanan diberikan menurut kebutuhan dan keinginan pelanggan, yang
pada tahap lanjut perlu diberikan antisipasi layanan terhadap ‘latent needs’
agar pelanggan merasa bahagia.
Memang, kepuasan pelanggan secara
individu sangat sulit dicapai karena keanekaragaman keinginan pelanggan, namun
perlu diadakan pendekatan untuk mendapatkan solusi optimal. Perusahaan
memberikan pelayanan prima yang menjadi dasar bagi pemenuhan keinginan
pelanggan pada umumnya.
Fokus pada pelanggan dapat dilaksanakan
dengan berbagai cara seperti memenuhi harapan pelanggan serta respek pada
kebutuhan pelanggan sekaligus memanfaatkan talenta yang dimiliki oleh pelanggan.
Antisipasi tehadap harapan elanggan
serta survey para pelanggan merupakan faktor penting yang membawa perusahaan
fokus pada pelanggan. Data dari pelanggan diolah menjadi informasi dalam
mendefenisikan kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan juga secara implisit
tercermin dalam dimensi jasa. Pendapat dan penelitian terhadap ini sangat
beragam, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa dimensi jasa menurut
Christian Gronroos) meliputi kualitas fungsi (functional quality) dan kualitas
teknis (technical quality). Kualitas fungsi lebih menekankan pada bagaimana
jasa dilaksanakan sementara kualitas teknis lebih pada apa yang dilaksanakan
dalam pelayanan. Kualitas fungsi meliputi dimensi konntak pelanggan, sikap,
perilaku, hubungan internal, penampilan, aksesibilitas, dan rasa melayani
(service mindedness). Kualitas teknis meliputi dimensi mesin, sistem komputer,
pengetahuan dan solusi teknis.
Pada kenyataan, pelaksanaan jasa yang
diharapkan pelanggan lebih kearah proses dalam arti bahwa kualitas fungsi lebih
dominan dan berpengaruh dari kualitas teknis. Pelanggan membutuhkan sentuhan
pribadi dari pelayanan. Kualitas jasa ada setiap usaha tergantung pada
peringkat dari masing-masing dimensi jasa. Pada bisnis tertentu penampilan
lebih diutamakan.
Di samping harapan, kebutuhan pelanggan
merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Pemenuhan akan kebutuhan bersifat
jangka panjang, sedangkan harapan hanya sementara (jangka pendek). Bila
perusahaan tidak dapat memenuhi harapan pelanggan maka perusahaan masih dapat
menemukannya kembali, tetapi bila kebutuhan dasar tidak dipenuhi maka
perusahaan akan kehilangan mereka. Jadi pemenuhan akan kebutuhan pelanggan
sangat penting, karenanya perusahaan perlu memberikan respek yang serius
terhadap hal tersebut.
Kebutuuhan dasar memang sangat banyak,
tetapi secara umum pendekatan Abraham Maslow akan lima kebutuhan dan tingkatan
dasar manusia, yaitu :
a. Kebutuhan
fisik
b. Keamanan
c. Sosial
d. Penghargaan
e. Aktualisasi
diri
Pada prakteknya agar proses pelayanan
dapat berjalan dengan baik serta mendapat tangapan yang positif dari pelanggan,
maka pelanggan perlu dilibatkan dalam proses tersebut. Pelanggan diperlakukan
tidak hanya sebagai konsumen tetapi sekaligus sebagai bagian dari karyawan atau
koprodusen dari jasa, seperti self-service. Di hotel, pelanggan dilibatkan
dalam pengisian data/formulir bila hendak menginap. Pelanggan secara tidak
langsung bertindak sebagai konsultan maupun pemimpin yang membimbing arah
perusahaan. Arahan dari pelanggan lebih efektif ketimbang arah yang diberikan
oleh penyelia suatu perusahaan. Hal ini sangat wajar terjadi mengingat karyawan
lebih banyak berinteraksi dengan pelanggan.
Pelayanan yang berkualitas juga berarti
membantu pelanggan yang karena sesuatu hal tidak dapat mengalami kesulitan
dalam proses penciptaan jasa.
Manajemen
Kualitas Jasa
Inti pokok keberhasilan perusahaan jasa
adalah bagaimana perusahaan tersebut mengelola jasa yang secara prinsip
memerlukan manajemen profesional pada pemasaran, operasi maupun sumber daya
manusia. Integrasi unsur-unsur tersebut akan menjadi kunci keberhasilan
perusahaan jasa untuk meningkatkan performansi.
Kepuasan pelanggan merupakan
perbandingan antara layanan yang diterima (perceived service) dengan layanan
yang diharapkan (expected service). Bila hasilnya mendekati satu maka pelanggan
akan puas, begitu juga sebaliknya bila harganya jauh lebih kecil dari satu maka
pelanggan semakin tidak puas. Idealnya adalah melebihi satu yang berarti bahwa
jasa yang dilaksanakan melebihi harapan, atau ada harapan yang tidak diduga
yang dipuaskan. Bila hal ini tercapai maka pelanggan akan sangat puas dan bila
dilakukan secara terus menerus pelanggan akan bahagia.
Karyawan perlu diberikan pelatihan untuk
meningkatkan performansi, sehingga dapat memberikan jasa yang berkualitas.
Singapore airlines sebagai perusahaan jasa penerbangan terkemuka, mempunyai
perhatian yang sangat serius terhadap pelatihan. Perusahaan tersebut
mengeluarkan kira-kira 3200 USD per karyawan per tahun untuk pelatihan. Setiap
interval waktu tertentu karyawan (misalnya pramugari) dikirim untuk pelatihan
mengenai pekerjaannya untuk menjamin bahwa jasa yang diberikan masih sesuai
dengan standar.
Pemimpin perusahaan hendaknya mempunyai
komitmen yang jelas dalam hal pengembangan sumber daya manusia seraya membangun
budaya perusahaan yang mendukung pelayanan.
KESIMPULAN
Kualitas jasa sangat ditentukan oleh
pelanggan, oleh karena itu suara pelanggan harus menjadi salah satu masukan
dalam penyusunan strategi perusahaan. Seperti motto Beacon Hotel di Boston,
“The costumer is always right until he or she is wrong”. ‘Jaycustomer’
(pelanggan kikuk) perlu diberikan penjelasan dan komunikasi agar dapat mengerti
serta menerima pelayanan dengan baik menurut persepsi yang sebenarnya.
Pelayanan berkualitas adalah prasyarat
untuk sukses, oleh karena itu berikanlah pelayanan yang terbaik pada segala
cuaca dan waktu terhadap pelanggan yang dituju. Visi dan program pelayanan
berkualitas menuju kebahagiaan pelanggan hendaknya mengkristal pada seluruh
anggota perusahaan.
Kualitas pelayanan adalah daya saing
perusahaan yang merupakan kunci sukses. Perusahaan dituntut untuk lebih peduli
terhadap pelanggan dan perilakunya.
0 komentar:
Posting Komentar